TERIMA KASIH TELAH BERKUNJUNG DI BLOG INI, JANGAN LUPA FOLLOW MY BLOG UNTUK SELALU MENDAPATKAN UPDATE TERBARU

Selasa, 25 Juni 2013

TAWURAN

TAWURAN PELAJAR


Tawuran adalah suatu tindakan anarkis yang dilakukan oleh dua kelompok dalam bentuk perkelahian masal di tempat umum sehingga menimbulkan keributan dan rasa ketakutan (teror) pada warga yang ada di sekitar tempat kejadian perkara tawuran. Tawuran bisa terjadi antar pelajar sekolah, antar mahasiswa kampus, antar warga, antar pendukung / suporter, antar pemeluk agama, antar suku, dan bisa juga antara warga dengan pelajar, antara pendukung parpol dengan polisi dan lain sebagainya. Tawuran yang paling sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari adalah tawuran pelajar sekolah. 

Sudah sangat jelas bahwa tawuran pelajar sekolah sangat merugikan berbagai pihak paling tidak ada empat kategori yang terkena dampak langsung dari perkelahian antar pelajar, yaitu :
1.        Pelajar dan keluarganya.
2.        Rusaknya fasilitas umum.
3.        Terganggunya proses belajar.
4.        Berkurangnya penghargaan terhadap sifat-sifat kemanusiaan.

Dengan kerugian-kerugian yang ada sudah sewajarnya semua elemen masyarakat dan pemerintahan termasuk di dalamnya aparat keamanan terus berupaya untuk mecegah terjadinya tawuran massal.
Tawuran sering di sebabkan oleh banyak hal yang sebenarnya hanya masalah-masalah sepele yang bisa diselesaikan baik-baik. Penyebab terjadinya tawuran antar pelajar, diantaranya :

1.        Faktor internal.

Remaja yang terlibat perkelahian biasanya kurang mampu melakukan adaptasi pada situasi lingkungan yang kompleks. Kompleks di sini berarti adanya keanekaragaman pandangan, budaya, tingkat ekonomi, dan semua rangsang dari lingkungan yang makin lama makin beragam dan banyak. Situasi ini biasanya menimbulkan tekanan pada setiap orang. Tapi pada remaja yang terlibat perkelahian, mereka kurang mampu untuk mengatasi, apalagi memanfaatkan situasi itu untuk pengembangan dirinya. Mereka biasanya mudah putus asa, cepat melarikan diri dari masalah, menyalahkan orang / pihak lain pada setiap masalahnya, dan memilih menggunakan cara tersingkat untuk memecahkan masalah. Pada remaja yang sering berkelahi, ditemukan bahwa mereka mengalami konflik batin, mudah frustrasi, memiliki emosi yang labil, tidak peka terhadap perasaan orang lain, dan memiliki perasaan rendah diri yang kuat. Mereka biasanya sangat membutuhkan pengakuan.

2.        Faktor keluarga.

Rumah tangga yang dipenuhi kekerasan (entah antar orang tua atau pada anaknya) jelas berdampak pada anak. Anak, ketika meningkat remaja, belajar bahwa kekerasan adalah bagian dari dirinya, sehingga adalah hal yang wajar kalau ia melakukan kekerasan pula. Sebaliknya, orang tua yang terlalu melindungi anaknya, ketika remaja akan tumbuh sebagai individu yang tidak mandiri dan tidak berani mengembangkan identitasnya yang unik. Begitu bergabung dengan teman-temannya, ia akan menyerahkan dirnya secara total terhadap kelompoknya sebagai bagian dari identitas yang dibangunnya.

3.        Faktor sekolah.

Sekolah pertama-tama bukan dipandang sebagai lembaga yang harus mendidik siswanya menjadi sesuatu. Tetapi sekolah terlebih dahulu harus dinilai dari kualitas pengajarannya. Karena itu, lingkungan sekolah yang tidak merangsang siswanya untuk belajar (misalnya suasana kelas yang monoton, peraturan yang tidak relevan dengan pengajaran, tidak adanya fasilitas praktikum, dsb.) akan menyebabkan siswa lebih senang melakukan kegiatan di luar sekolah bersama teman-temannya. Baru setelah itu masalah pendidikan, di mana guru jelas memainkan peranan paling penting. Sayangnya guru lebih berperan sebagai penghukum dan pelaksana aturan, serta sebagai tokoh otoriter yang sebenarnya juga menggunakan cara kekerasan (walau dalam bentuk berbeda) dalam “mendidik” siswanya.

4.        Faktor lingkungan.

Lingkungan di antara rumah dan sekolah yang sehari-hari remaja alami, juga membawa dampak terhadap munculnya perkelahian. Misalnya lingkungan rumah yang sempit dan kumuh, dan anggota lingkungan yang berperilaku buruk (misalnya narkoba). Begitu pula sarana transportasi umum yang sering menomor-sekiankan pelajar. Juga lingkungan kota (bisa negara) yang penuh kekerasan. Semuanya itu dapat merangsang remaja untuk belajar sesuatu dari lingkungannya, dan kemudian reaksi emosional yang berkembang mendukung untuk munculnya perilaku berkelahi.

5.        Pacar

Tak heran dengan kata pacar maupun kekasih atau bisa diartikan pujaan hati dikalangan pelajar / mahasiswa. Di dalam kesehariannya individu mempunyai rasa hal yang manusiawi contohkan sifat tidak puas, ingin memiliki, ingin menang, dll. Di kalangan remaja pacaran merupakan masa - masa puber / masa dimana seseorang akan mengetahui siapa dirinya. Namun banyak remaja dimasa kedewasaannya ini terpengaruh oleh pergaulan negatif yang menyebabkan kesalah pahaman.

6.        GENG

Di dalam pelajar / mahasiswa setidak-tidaknya pasti ada geng. GENG ini lah yang sangat meresahkan semua kalangan ,tak bisa di pungkiri yang namanya geng itu pasti mempunyai jiwa gengsi yang besar.

Kerugian Akibat Tawuran Antar Pelajar, diantaranya :
1.        Bisa menyebabkan salah satu diantara 2 kubu ada yang meninggal dunia .
2.        Menimbulkan kemacetan di jalan raya .
3.        Meresahkan warga sekitar .
4.        Menyebabkan dampak negative bagi keluarga yang terlibat tawuran antar pelajar tersebut .
5.        Menyebabkan dampak negative bagi sekolah yang terlibat tawuran antar pelajar tersebut .

Tawuran pelajar yang sudah menjadi budaya akan sulit diberantas karena siswa siswi yang bandel akan menjadi provokator tawuran dan memaksa teman-temannya serta adik kelas untuk ikut ambil bagian dalam tawuran antar pelajar. Bagi yang tidak ikut tawuran biasanya akan dimusuhi, dikerjai, dimaki-maki, diejek, difitnah, bahkan bisa diperlakukan kasar dari para pelajar nakal.
Sebenarnya ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk memberantas tawuran pelajar dari muka bumi Indonesia, misalnya :

1.        Membuat Peraturan Sekolah Yang Tegas.
2.        Memberikan Pendidikan Anti Tawuran.
3.        Memisahkan Pelajar Berotak Kriminal dari Yang Lain.
4.        Kolaborasi Belajar Bersama Antar Sekolah.
5.        Membuat Program Ekstrakurikuler Tawuran
6.        Bekali diri dengan pengetahuan agama sebanyak-banyaknya.
7.        Pengawasan orang Tua.
8.        Jangan mudah terprovokasi.
9.        Hindari nongkrong habis pulang sekolah.
10.    Jalin silaturrahmi antar sekolah,


Dengan berbagai terobosan-terobosan baru dalam hal kegiatan menanggulangi tawuran pelajar antar sekolah secara perlahan akan menciptakan persepsi di mana tawuran itu adalah kegiatan bodoh yang sia-sia sehingga tidak layak ikut serta. Diharapkan lama-kelamaan tawuran akan segera punah dari dunia pelajar indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar