TAWURAN
PELAJAR
Tawuran adalah suatu tindakan anarkis yang dilakukan oleh
dua kelompok dalam bentuk perkelahian masal di tempat umum sehingga menimbulkan
keributan dan rasa ketakutan (teror) pada warga yang ada di sekitar tempat
kejadian perkara tawuran. Tawuran bisa terjadi antar pelajar sekolah, antar
mahasiswa kampus, antar warga, antar pendukung / suporter, antar pemeluk agama,
antar suku, dan bisa juga antara warga dengan pelajar, antara pendukung parpol
dengan polisi dan lain sebagainya. Tawuran yang paling sering terjadi dalam kehidupan kita
sehari-hari adalah tawuran pelajar sekolah.
Sudah sangat jelas bahwa tawuran pelajar sekolah sangat
merugikan berbagai pihak paling tidak ada empat kategori yang terkena dampak
langsung dari perkelahian antar pelajar, yaitu :
1.
Pelajar
dan keluarganya.
2.
Rusaknya
fasilitas umum.
3.
Terganggunya
proses belajar.
4.
Berkurangnya
penghargaan terhadap sifat-sifat kemanusiaan.
Dengan
kerugian-kerugian yang ada sudah sewajarnya semua elemen masyarakat dan
pemerintahan termasuk di dalamnya aparat keamanan terus berupaya untuk mecegah
terjadinya tawuran massal.
Tawuran
sering di sebabkan oleh banyak hal yang sebenarnya hanya masalah-masalah sepele
yang bisa diselesaikan baik-baik. Penyebab terjadinya tawuran antar pelajar,
diantaranya :
1.
Faktor internal.
Remaja
yang terlibat perkelahian biasanya kurang mampu melakukan adaptasi pada situasi
lingkungan yang kompleks. Kompleks di sini berarti adanya keanekaragaman
pandangan, budaya, tingkat ekonomi, dan semua rangsang dari lingkungan yang
makin lama makin beragam dan banyak. Situasi ini biasanya menimbulkan tekanan
pada setiap orang. Tapi pada remaja yang terlibat perkelahian, mereka kurang
mampu untuk mengatasi, apalagi memanfaatkan situasi itu untuk pengembangan
dirinya. Mereka biasanya mudah putus asa, cepat melarikan diri dari masalah,
menyalahkan orang / pihak lain pada setiap masalahnya, dan memilih menggunakan
cara tersingkat untuk memecahkan masalah. Pada remaja yang sering berkelahi,
ditemukan bahwa mereka mengalami konflik batin, mudah frustrasi, memiliki emosi
yang labil, tidak peka terhadap perasaan orang lain, dan memiliki perasaan
rendah diri yang kuat. Mereka biasanya sangat membutuhkan pengakuan.
2.
Faktor keluarga.
Rumah
tangga yang dipenuhi kekerasan (entah antar orang tua atau pada anaknya) jelas
berdampak pada anak. Anak, ketika meningkat remaja, belajar bahwa kekerasan
adalah bagian dari dirinya, sehingga adalah hal yang wajar kalau ia melakukan
kekerasan pula. Sebaliknya, orang tua yang terlalu melindungi anaknya, ketika
remaja akan tumbuh sebagai individu yang tidak mandiri dan tidak berani
mengembangkan identitasnya yang unik. Begitu bergabung dengan teman-temannya,
ia akan menyerahkan dirnya secara total terhadap kelompoknya sebagai bagian
dari identitas yang dibangunnya.
3.
Faktor sekolah.
Sekolah
pertama-tama bukan dipandang sebagai lembaga yang harus mendidik siswanya
menjadi sesuatu. Tetapi sekolah terlebih dahulu harus dinilai dari kualitas
pengajarannya. Karena itu, lingkungan sekolah yang tidak merangsang siswanya
untuk belajar (misalnya suasana kelas yang monoton, peraturan yang tidak
relevan dengan pengajaran, tidak adanya fasilitas praktikum, dsb.) akan
menyebabkan siswa lebih senang melakukan kegiatan di luar sekolah bersama
teman-temannya. Baru setelah itu masalah pendidikan, di mana guru jelas
memainkan peranan paling penting. Sayangnya guru lebih berperan sebagai
penghukum dan pelaksana aturan, serta sebagai tokoh otoriter yang sebenarnya
juga menggunakan cara kekerasan (walau dalam bentuk berbeda) dalam “mendidik”
siswanya.
4.
Faktor lingkungan.
Lingkungan
di antara rumah dan sekolah yang sehari-hari remaja alami, juga membawa dampak
terhadap munculnya perkelahian. Misalnya lingkungan rumah yang sempit dan
kumuh, dan anggota lingkungan yang berperilaku buruk (misalnya narkoba). Begitu
pula sarana transportasi umum yang sering menomor-sekiankan pelajar. Juga
lingkungan kota (bisa negara) yang penuh kekerasan. Semuanya itu dapat
merangsang remaja untuk belajar sesuatu dari lingkungannya, dan kemudian reaksi
emosional yang berkembang mendukung untuk munculnya perilaku berkelahi.
5.
Pacar
Tak
heran dengan kata pacar maupun kekasih atau bisa diartikan pujaan hati
dikalangan pelajar / mahasiswa. Di dalam kesehariannya individu mempunyai rasa
hal yang manusiawi contohkan sifat tidak puas, ingin memiliki, ingin menang,
dll. Di kalangan remaja pacaran merupakan masa - masa puber / masa dimana
seseorang akan mengetahui siapa dirinya. Namun banyak remaja dimasa
kedewasaannya ini terpengaruh oleh pergaulan negatif yang menyebabkan kesalah
pahaman.
6.
GENG
Di dalam pelajar / mahasiswa
setidak-tidaknya pasti ada geng. GENG ini lah yang sangat meresahkan semua
kalangan ,tak bisa di pungkiri yang namanya geng itu pasti mempunyai jiwa
gengsi yang besar.
Kerugian
Akibat Tawuran Antar Pelajar, diantaranya :
1.
Bisa menyebabkan salah satu diantara 2
kubu ada yang meninggal dunia .
2.
Menimbulkan kemacetan di jalan raya .
3.
Meresahkan warga sekitar .
4.
Menyebabkan dampak negative bagi
keluarga yang terlibat tawuran antar pelajar tersebut .
5.
Menyebabkan dampak negative bagi sekolah
yang terlibat tawuran antar pelajar tersebut .
Tawuran pelajar yang sudah menjadi
budaya akan sulit diberantas karena siswa siswi yang bandel akan menjadi
provokator tawuran dan memaksa teman-temannya serta adik kelas untuk ikut ambil
bagian dalam tawuran antar pelajar. Bagi yang tidak ikut tawuran biasanya akan
dimusuhi, dikerjai, dimaki-maki, diejek, difitnah, bahkan bisa diperlakukan
kasar dari para pelajar nakal.
Sebenarnya ada banyak cara yang bisa
dilakukan untuk memberantas tawuran pelajar dari muka bumi Indonesia, misalnya :
1.
Membuat
Peraturan Sekolah Yang Tegas.
2.
Memberikan
Pendidikan Anti Tawuran.
3.
Memisahkan
Pelajar Berotak Kriminal dari Yang Lain.
4.
Kolaborasi
Belajar Bersama Antar Sekolah.
5.
Membuat
Program Ekstrakurikuler Tawuran
6.
Bekali diri dengan pengetahuan agama
sebanyak-banyaknya.
7.
Pengawasan orang Tua.
8.
Jangan mudah terprovokasi.
9.
Hindari nongkrong habis pulang sekolah.
10. Jalin
silaturrahmi antar sekolah,
Dengan berbagai terobosan-terobosan baru dalam hal kegiatan menanggulangi tawuran pelajar antar sekolah secara perlahan akan menciptakan persepsi di mana tawuran itu adalah kegiatan bodoh yang sia-sia sehingga tidak layak ikut serta. Diharapkan lama-kelamaan tawuran akan segera punah dari dunia pelajar indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar