TEORI PENDUDUK
Tingginya
laju pertumbuhan penduduk di berbagai dunia menyebabkan jumlah penduduk
meningkat dengan cepat. Hal tersebut menimbulkan kemiskinan dan kekurangan
pangan. Fenomena ttersebut membuat para ahli mengelompokan penduduk menjadi
beberapa aliran, diantaranya :
1.
Aliran Malthusian dan Neo-Malthusian
a. Aliran
Malthusian
Dipelopori oleh Thomas
Robert Malthus seorang pendeta Inggris. Pada permulaan tahun 1798 lewat
karangannya yang berjudul “Essai on
Principle of populations as it Affect the Future Improvement of Society, with
Remark on the Specullations of Mr. Condorcet, and other Writers” menyatakan
bahwa penduduk ( termasuk tumbuhan dan hewan ) apabila tidak ada pembatasan
akan berkembang biak dengan cepat dan memenuhi dengan cepat beberapa bagian
dari permukaan bumi ini ( Weeks, 1992 ). Disamping itu Malthus juga berpendapat
bahawa manusia hidup membutuhkan bahan makanan, sedangkan laju pertumbuhan
bahan makan jauh lebih lambat dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk.
Apabila tidak diadakan pembatasan terhadap pertumbuhan penduduk, maka manusia
akan mengalami kemiskinan dan kekurangan bahan makanan.
Menurut Malthus
pembatasan tersebut dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
1) Moral
Restraint ( pengekangan diri )
Yaitu segala usaha
untuk mengekang nafsu seksual.
2) Vice
Yaitu pengurangan
kelahiran, seperti pengguguran kandungan, penggunaan alat-alat kontrasepsi,
homoseksuil, promiscuity, adultery.
Menurut Malthus moral
restraint merupakan pembatasan yang paling penting, sedangkan penggunaan alat kontrasepsi
belum dapat diterimanya.
Positive checks adalah
pengurangan penduduk melalui proses kematian. Positive check dibagi menjadi
dua, yaitu :
1) Vice
( kejahatan )
Yaitu segala jenis
pencabutan nyawa sesame manusia.
2) Misery
( kemelaratan )
Yaitu segala keadaan
yang menyebabkan kematian.
Pendapat Malthus
mendapat banyak tanggapan dari para ahli lain, berikut beberapa kritik terhadap
teori Malthus :
1) Malthus
tidak memperhitungkan kemajuan-kemajuan transportasi yang menghubungkan daerang
yang satu dengan yang lain sehingga pengiriman bahan makanan ke daerah-daerah
yang kekurangan ppangan mudah dilaksanakan.
2) Dia
tidak memperhitungkan kemajuan yang pesat dalam bidang teknologi, terutama
dalam bidang pertanian.
3) Malthus
tidak memperhitungkan usaha pembatasan kelahiran bagi pasangan-pasangan yang
sudah menikah.
4) Fertilitas
akan menurun apabila terjadi perbaikan ekonomi dan standar hidup penduduk
dinaikan.
b. Aliran
Neo-Malthusians
Neo-Malthus adalah
aliran yang menyokong aliran Malhtus tetapi lebih radikal. Kelompok ini tidak
sependapat dengan Malthus bahwa mengurangi jumlah penduduk cukup dengan moral
restraits saja, menurut mereka perlu menggunakan cara-cara lain, misalnya
penggunaan alat kontrasepsi dan pengguguran kandungan.
Aliran ini dipelopori
oleh Garrett Hardin dan Paul Ehrlich. Paul Ehrlich dala bukunya “The Population Bomb” tahun 1971, menggambarkan penduduk dan lingkungan yang
ada di dunia ini, sbb :
1) Dunia
ini sudah terlalu banyak manusia.
2) Keadaan
bahan makanan sangat terbatas.
3) Karena
terlalu banyak manusia di dunia ini lingkungan sudah banyak yang rusak dan
tercemar.
Tahun 1990 Ehrlich
bersama istrinya merevisi buku baru berjudul “The Population Exploration” yang isinya bahwa penduduk
sewaktu-waktu dapat meletus.
Tahun 1972 Meadow
menerbitkan buku berjudul “The Limit to Growth” yang memuat
hubungan antara variable lingkungan, yaitu :
Ø Penduduk
Ø Produksi
pertanian
Ø Produksi
industry
Ø Sumber
daya alam
Ø Polusi
Disitu dijelaskan bahwa
pada waktu persediaan SDA masih berlimpah maka bahan makanan per kapita, hasil
industry, dan penduduk bertambah dengan cepat. Pertumbuhan ini akhirnya menurun
sejalan dengan menurunnya persediaan SDA.
Hanya ada 2 kemungkinan
yang dapat dilakukan, yaitu :
1) Membiarkan
malapetaka itu terjadi.
2) Manusia
membatasi pertumbuhannya dan mengelola lingkungan alam dengan baik.
Para ahli biologi dan
ahli lingkungan menyambut baik buku ini namun sebaliknya para ahli sosial
memberikan beberapa kritik terhadap karya Meadow karena tidak memasukan
unsur-unsur sosial budaya dalam pembuatan modelnya.
2.
Aliran Marxist
Dipelopori oleh Karl
Mark dan Friedrich Engels. Mereka tidak sependapat dengan Malthus, menurut Mark
tekanan penduduk yang terdapat di suatu negara bukanlah tekanan penduduk
terhadap bahan makanan, tetapi tekanan penduduk terhadap kesempatan kerja.
Kemelaratan terjadi bukan disebabkan oleh pertumbuhan penduduk yang terlalu
cepat, tetapi karena kesalahan masyarakat sendiri seperti yang terdapat dalam
negara kapitalis. Kaum kapitalis akan mengambil sebagian pendapatan buruh
sehingga menimbulkan kemelaratan bagi buruh tersebut. Selain itu kaum kapitalis
juga membeli mesin-mesin untuk menggantikan pekerjaan yang dilakukan oleh
buruh. Jadi penduduk melarat bukan karena kekurangan bahan makanan tetapi
karena kaum kapitalis mengambil sebagian pendapatan mereka.
Menurut Mark dalam
system socialist alat produksi dikuasai oleh buruh , sehingga gaji buruh tidak
akan terpotong. Oleh karena itu masalah kemelaratan akan terhapus. Selanjutnya
ia berpendapat bahwa semakin banyak jumlah manusia semakin tinggi produksi yang
dihasilkan. Dengan demikian tidak perlu dilakukan pembatasan pertumbuhan
penduduk.
Beberapa kritik terhadap
teori Mark diantaranya Mark menyatakan bahwa hukum kependudukan di negara
sosialis merupakan antithesa hukum kependudukan di negara kapitalis.
3.
Teori Kependudukan Mutahir
a. Teori
Fisiologis dan Teori Sosial Ekonomi
1) John
Stuart Mill
Seorang ahli filsafat
dan ahli ekonomi yang menerima pendapat Malthus mengenai laju pertumbuhan
penduduk melampaui laju pertumbuhan bahan makanan sebagai suatu aksioma. Namun
dia berpendapat bahwa pada situasi tertentu manusia dapat mempengaruhi perilaku
demografinya. Apabila produktivitas seseorang tinggi ia cenderung ingin
mempunyai keluarga yang kecil. Dalam situasi seperti ini fertilitas akan
rendah. Jadi taraf hidup merupakan determinan fertilitas.
Tidaklah benar bahwa
kemiskinan tidak dapat dihindari atau kemiskinan disebabkan oleh system
kapitalis. Menurutnya jika pada suatu waktu terjadi kekurangan makanan maka itu
hany bersifat sementara saja. Mill menyarankan meningkatkan golongan yang tidak
mampu. Dengan meningkatkan pendidikan penduduk maka secara rasional mereka akan
mempertimbangkan perlu tidaknya menambah jumlah anak sesuai dengan karier dan
usaha yang ada.
2) Arsene
Dumont
Seorang ahli demografi Perancis
yang melancarkan teori penduduk baru yang disebut “Teori Kapilaritas sosial” (
theory od sosial capillarity ). Kapilaritas sosial mengacu pada keinginan
seseorang untuk mencapai kedudukan yang tinggi di masyarakat. Konsep ini dibuat
berdasarkan analogi bahwa cairan akan naik pada sebuah pipa kapiler. Teori ini
dapat berkembang baik pada negara demokrasi dimana tiap-tiap individu mempunyai
kebebasan untuk mencapai kedudukan yang tinggi di masyarakat.
3) Emile
Durkheim
Seorang ahli sosiologi
Perancis yang menekankan perhatiannya pada keadaan akibat dari
adanyapertumbuhan penduduk yang tingggi. Ia mengatakan, pada suatu wilayah yang
angka kepadatan penduduknya tinggi akibat tingginya laju pertumbuhan penduduk,
akan timbul persaingan di antara penduduk untuk dapat mempertahankan hidup.
Oleh karena itu setiap orang berusaha untuk meningkatkan pendidikan dan
keterampilan, serta mengambil spesialisasi tertentu.
Tesis Durkheim
didasarkan atas teori evolusi dari Darwin dan juga pemikiran Ibnu Khaldun.
4) Michael
Thomas Sadler dan Doubleday
Kedua ahli yang
menganut teori fisiologis. Sedler mengemukakan bahwa daya reproduksi manusia
dibatasi oleh jumlah penduduk yang ada di suatu wilayah/negara. Jika kepadatan
penduduk tinggi maka daya reproduksi manusia akan menurun, sebaliknya jika
kepadatan penduduk rendah maka daya reproduksi manusia akan meningkat. Namun
Thomas meragukan kebenaran teori ini setelah melihat keadaan di Jawa, India,
dan Cina di mana penduduknya sangat padat, tetapi pertumbuhan penduduknya tetap
tinggi.
b. Penganut
Kelompok Teknologi yang Optimis
Pandangan yang suram
dan pesimis dari Malthus dan penganutnya di tentang keras oleh kelompok
teknologi. Mereka beranggapan bahwa manusia dengan ilmu pengetahuannya mampu
melipatgandakan produksi pertanian. Mereka mampu mengubah kembali barang-barnag
yang sudah habis pakai, sampai akhirnya dunia ketiga mampu mengakhiri masa
transisi demografi.
Kelompok Malthus dan
kelompok teknologi mendapat kritik dari kelompok ekonomi, karena keduanya tidak
memperhatikan masalah organisasi sosial di man distribusi pendapatan tidak
merata. Orang-orang miskin kelaparan karena mereka tidak mertakan distribusi
pendapatan di negara-negara tersebut.
Literatur
: Mantra, Ida Bagoes.2003.DEMOGRAFI UMUM.Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar